to watch online movie or film, may be, we have a problem about the movie can't loaded. So, please check or update your flashplayer before. And enable JavaScript on your browser too. | |
Click here to update adobe flash player before watching the online movie |
Film Review | BFILM - Jika di dunia ini tiada yang sempurna, mengapa kata “sempurna” ada di dunia? Sebatas penyempurna ketidak-sempurnaan? Ah, ini dunia. Aku masih hidup di dunia. Bukan neraka. Semua akan baik-baik saja selagi aku bisa memperlakukan nasib ini dengan sempurna. Sesempurna surga berbintang sembilan yang digadang banyak orang.
Aku memang manusia sempurna. Meski banyak yang kini mengulum hidup tubuhku dalam pandang ketidak-sempurnaan. Aku menjijikkan. Aku bajingan. Dan aku ini; jahat. Tapi aku gadis paling dewasa. Aku bidadari pagi. Aku gadis cerdas. Dan aku, gadis banggaan.
Sempurna, sudah. Warna di mata mereka melengkungi tubuh dan ayalku. Hingga mewarna dalam kesempurnaan: merah, kuning, hijau, dan biru. Hingga ceria melangi di langit yang haru: panas, gerah, muak, dan bisu. Mungkin seharu biru dalam "blow film"-ku. Barusan.
Namun aku masih punya impian. Dan mimpi itulah yang membuatku bebas menafsirkan itu semua dalam bentuk yang sempurna. Okay, tentunya. Tapi aku harus pergi untuk menyemai indahnya pagi ini. Tentu agar indahnya pagi semacam ini akan lahir kembali. Dan luar biasa untuk semua; nasib pagi hingga senja, nasib terang hingga temaram.
I love you, Mom! Mimpikan Aku untuk mampu mendewasai jalan ini. Untuk membintangi nasib ini. Untuk mencerdasi takdir ini. Untuk mampu menjadi pemeran kebanggaan atas segala yang berlalu dan yang akan menjemputku. Seperti katamu itu: akulah putri kebanggaanmu. Biarkan aku menempuh teguran, hukuman, dan ujian dalam jadwal hidupku lebih dulu. Tentunya jadwal tes English Lit juga nasib yang membelit. Komplit.
Cut !. Lamunan selesai. Tarian usai. Adegan usang.
Lensa di tutup, kemudian.
Pemeran pengganti menghampirinya. “So, how was it ?,” tanya cerdas sang pemeran, “did I do okay?”. Aku diam, namun tetap sadar. Menikmati senyum Cherry di tengah raut penuh misteri. Sambil menanti yang bakal terjadi. Apa yang ku nanti? “You were perfect!,” jawaban pamungkas dari tokoh berwajah Hinshaw.
But, who is “You” ?
Ini film dewasa dalam kategorinya namun meleset pada awalnya. Awal dibeberkannya cerita, kemasan remaja mendominasi awal kategorisasi film ini. Tokoh Cherry-nya masih berada dalam hitungan 17 tahun usianya. Ia masih "perawan" bersama kawan-kawan dan teman seperguruan di suatu SMA. Kalaupun ia sudah menikmati asap rokok, mungkin itu lanjutan pelariannya dari kejenuhan kerja sampingan. Kalaupun ia mulai ogah makan sandwich saat istirahat sekolah, mungkin itu pengaruh tembakau. Bukankah asap tembakau bisa menetralkan rasa lapar dan kenyang meski hanya sementara?
Kisah bermula dari sana. Cherry muncul lengkap dengan wajah capeknya di sebuah ruang kerja Laundry. Si Bos manyun tak henti-hentinya memburu kecepatan dan ketepatan kerja karyawati tunggalnya itu. Mungkin tidak kali itu saja. Tapi berulang kali dan kali. Hingga tampak terbiasa bagi Cherry untuk menepis kepenatannya berulang-ulang di tengah kesunyian gang. Lain itu juga menikmati kepulan asap tembakau.
Cerita beranjak dewasa. Cherry yang sering bermalam mingguan dengan kawan-kawan kini pulang pagi. Separoh malam bergadang dan bersenang-senang di sebuah bar. Usia pesta, Cherry ikut seorang kawan laki-lakinya dan sempat bercumbu hingga tidur seranjang. Tidak ada satupun adegan yang menunjukkan hilangnya "keperawanan". Hingga bangun kesiangan, Cherry masih memakai baju dan celana pendeknya.
So, how was it ? Did I do okay?, You were perfect! ::::::::::::::: |
Sialnya, sebuah gagasan logis dan praktis dari kawan laki-lakinya itu menyelinap dan menerjang emosional Cherry. Yaitu, gagasan agar Cherry ikut bergabung menjadi model foto erotis-pornografis. Tentu gagasan itu sangat sadis jika ditabrakkan dengan kenyataan upah Cherry dari kerja Laundry. Apalagi, ditambah dalih: apakah Cherry mau seumur hidup menjadi tukang cuci? Ah, sungguh mengerikan jika membayangkan.
Namun itulah kenyataan. Kenyataan bagi seorang Cherry untuk mengulang-ulang berfikir ulang dari kenyataan rapuh. Rapuh dari kenyataan ekonomi harian dan pantang ketidaksempurnaan. Ia ingin sempurna sebagaimana dalam idealitasnya. Memiliki segalanya. Menuruti keinginannya. Menutupi kebutuhannya. Semua perlu sempurna. Sempurna, sempurna, dan sempurna.
Sayangnya, sempurnanya kesempurnaan itu bukanlah kesempurnaan tunggal. Melainkan dinamika kesempurnaan yang penuh tahapan dan peralihan tak berujung. Ketika kesempurnaan yang satu teraih, kesempurnaan yang lain pun datang. Ketika kesempurnaan yang lain teraih, kesempurnaan yang lain lagi pun datang. Demikian kesempurnaan itu datang bergantian dalam daftar tahapan dan peralihan yang panjang.
... yang mampu menjalani hidupnya dengan sempurna, ialah manusia sempurna ::::::::::::::: |
Maklum, kemudian, jika Cherry tampak sesekali menyesali apa yang sudah terjadi. Orang tua dan adiknya meninggalkannya setelah mengetahui pekerjaan Cherry usai 6 bulan pamit dari rumah menuju San Francisco. Pacarnya yang berprofesi sebagai Pengacara Hukum namun pecandu kokain memutuskan hubungan cintanya usai mengetahui pekerjaan Cherry yang lebih mengerikan dibanding foto bugil. Seorang kawan laki-lakinya sejak SMA hingga nge-kos bersama, pun terpaksa berpisah darinya.
Semua berubah. Semua terpisah. Apa yang diharapkannya semula tak lagi sama dalam kenyataannya. Ketika harapan untuk sempurna yang satu sudah digapainya, harapan untuk sempurna yang lain memburunya. Selain itu, ada juga efek negatif yang mengintai dan mencaci. Lantas, perlukan menyesalinya? Perlukan untuk berharap kembali ke masa lalu?
Mungkin ada kalanya benar apa yang dikatakan Cherry di akhir cerita. Bahwasannya kesempurnaan itu tidak musti dipandang dari belakang. Atau sebelum seseorang menggapai sesuatu yang diharapkannya sebagai ukuran kesempurnaan. Namun, kesempurnaan sangat boleh dipandang dari depan. Atau, setelah seseorang melalui sesuatu yang mungkin tidak diharapkannya sebagai ukuran kesempurnaan.
Orang yang telah menggapai kesempurnaan hidupnya adalah ia yang mampu menjalani hidup dengan sempurna. Apakah jalan hidupnya datar, terjal, maupun berliku, semua itu tidak menjadi ukuran kesempurnaan seseorang. Namun lebih dari itu adalah penyikapan seseorang secara sempurna atas segala yang sudah dan akan dijalaninya.
Orang-orang sempurna itulah yang nantinya tidak akan pernah luruh dalam kubang-kubang penyesalan. Mereka akan tetap semangat dan pantang untuk bermalas-malasan dari kepura-puraannya dalam menyesali kesalahan yang pernah diperbuat. Kesalahan bisa saja terjadi pada setiap orang, namun semangat untuk bangkit itulah yang belum tentu dimiliki setiap orang.
Kesempurnaan seseorang bisa dipandang dari sikap seseorang. Ia sempurna dalam menjalani hariannya. Ia sempurna dalam menyikapi keluarga dan tetangga. Ia sempurna dalam menyikapi minat dan butuhnya. Ia sempurna dalam menyikapi kekurangan atau kelemahannya. Dan masih banyak lagi tentunya.
Dari sinilah, kecantikan seseorang tidak musti dipandang dari wajahnya atau fisiknya belaka. Namun bisa juga dipandang dari tingkah-lakunya, cara pandangnya, dan kecerdasannya.
So, how about You ?
IFC Films | 2012 | About Cherry
0 comments:
Post a Comment